Waspada, Jenis-jenis Deepfake Ini Mengincar Rekeningmu
Cyber Attack
Jakarta — Dunia perbankan kini menghadapi ancaman serius dari serangan siber yang semakin canggih, terutama akibat pesatnya kemajuan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI). Dengan tingginya nilai data sensitif yang dikelola dan meningkatnya transaksi digital, bank menjadi target empuk bagi pelaku kejahatan siber.
Bayangkan, seseorang menerima panggilan video dari atasannya yang meminta transfer dana dalam jumlah besar. Wajah dan suara terlihat meyakinkan, namun belakangan diketahui bahwa sang atasan tidak pernah melakukan panggilan tersebut. Semua ternyata hasil manipulasi deepfake.
Menurut Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank, skenario semacam ini bukan lagi teori, melainkan ancaman nyata yang tengah menghantui industri perbankan global, termasuk di Indonesia.
Ia menjelaskan, ada dua bentuk utama serangan deepfake yang kini mengincar sektor keuangan:
Voice cloning scam (kloning suara)
Identity theft & synthetic KYC (pencurian identitas dan data nasabah sintetis)
“Teknologi voice cloning memungkinkan pelaku meniru suara seseorang dengan tingkat kemiripan yang tinggi, sehingga instruksi palsu dapat terdengar sangat meyakinkan,” ujar Ganda dalam diskusi media bertajuk ancaman deepfake di kantor pusat Allo Bank, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penipuan berbasis pencurian identitas kini bahkan bisa menampilkan wajah dan suara korban dalam panggilan video palsu. “Dulu hal seperti ini hanya dianggap hiburan atau parodi, sekarang justru dipakai untuk aksi kriminal,” tambahnya.
Untuk menghadapi ancaman tersebut, Ganda menegaskan pentingnya strategi keamanan yang seimbang antara perlindungan data dan kenyamanan pengguna. “Bank digital perlu mengoptimalkan manajemen risiko agar keamanan dan pengalaman nasabah tetap terjaga,” katanya.
Sementara itu, Anggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI, menilai perkembangan deepfake yang pesat telah menjadi tantangan besar bagi kepercayaan publik terhadap layanan keuangan digital. “Pendekatan keamanan yang proaktif tidak hanya mencegah kerugian individu, tapi juga menjaga reputasi lembaga keuangan,” tutupnya.


